Banyaknya jenis semen yang ada sekarang tak lepas dari kebutuhan yang beragam dalam dunia konstruksi. Para produsen berusaha untuk memenuhinya dengan melakukan berbagai riset sehingga terciptalah bermacam produk dengan karakternya yang berbeda.

Salah satu di antaranya adalah semen portland atau OPC. Semen jenis ini merupakan yang paling umum digunakan dan banyak beredar di toko-toko bahan bangunan. Berbentuk bubuk dan berwarna abu kebiruan. Terdiri dari campuran batu kapur atau gamping, tanah liat, pasir kuarsa, batu silika dan pasir besi.

Semen portland sendiri diklasifikasi dalam 5 jenis yang tentunya memiliki fungsi yang berbeda-beda pula. Pada kesempatan kali ini, Kami akan menjabarkannya kepada Anda.

Portland Tipe I

Merupakan jenis semen hidrolis yang paling familiar karena paling banyak digunakan oleh masyarakat umum dan beredar luas di semua toko bangunan. Jenis ini biasa digunakan untuk konstruksi bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus untuk hidrasi panas dan kekuatan tekan awal. Cocok digunakan di lokasi pembangunan yang jauh dari pantai dan memiliki kadar sulfat rendah.

Portland Tipe II

Pada umumnya untuk konstruksi bangunan yang letaknya dipinggir laut, tanah rawa, dermaga, saluran irigasi dan bendungan. Karena lokasi tersebut memiliki kandungan sulfat antara 0,10% – 0,20% dan panas hidrasi sedang. Semen jenis ini mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

Portland Tipe III

Merupakan jenis semen yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal tinggi setelah proses pengecoran dilakukan dan memerlukan penyelesaian secepat mungkin. Biasa digunakan untuk bangunan tingkat berukuran tinggi, jalan beton atau jalan raya bebas hambatan dan bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan asam sulfat.

Portland Tipe IV

Jenis semen yang membutuhkan panas hidrasi rendah dalam penggunaannya. Biasanya digunakan pada konstruksi yang membutuhkan beton dalam skala besar.

Portland Tipe V

Kegunaan semen jenis ini adalah untuk konstruksi bangunan yang membutuhkan daya tahan tinggi terhadap area dengan kadar asam sulfat lebih dari 0,20 persen, misalnya rawa-rawa, pertambangan dan laut. Banyak digunakan untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan hingga pembangkit tenaga nuklir.