Selain sebagai rumah suci dan tempat ibadah bagi pemeluk agama islam, masjid juga merupakan suatu karya budaya yang hidup. Karena merupakan karya arsitektur yang selalu diciptakan dan digunakan terus menerus dari generasi ke generasi. Desain arsitektur masjid seringkali tumbuh dan berkembang secara dinamis seiiring dnegan tumbuh dan berkembangnya masyarakat itu sendiri.

Sejumlah masjid yang dibangun di berbagai daerah senantiasa menonjolkan unsur–unsur lokal dengan nilai–nilai tradisionalnya. Oleh karena keterikatannya dengan kultur budaya yang sangat kuat, masjid dapat bertahan dalam kurun waktu yang lama. Karena itu, pada awal perkembangan Islam di Indonesia, masjid tampil sebagai bangunan yang bercorak tradisional daerah. Sebutlah misalnya Masjid Agung Demak, wujud arsitektural-nya merupakan pengembangan bentuk pendopo. Demikian pula masjid Menara Kudus adalah wujud akulturasi Islam dengan Hindu yang gerbangnya bercorak bangunan Majapahit.

Seiring berjalannya waktu, banyak masjid didirikan dengan konsep pemikiran para intelektual muda. Yaitu yang sangat memperhatikan fungsi praktis. Karena itulah kemudian masjid tampil dengan arsitektur yang bervariasi nan modern, terutama dalam corak rancangan kubahnya.

Ciri lain pada masjid modern adalah banyaknya masjid yang telah dilengkapi dengan menara yang berfungsi sebagai tempat para muazin untuk mengumandangkan adzan. Selain itu ornamen-ornamen khas islam seperti kaligrafi dibuat lebih “kekinian” dan enak dilihat. namun tanpa meningkalkan unsur kesakralan dari nilai-nilai islam itu sendiri.

Kehadiran masjid ber-arsitektur modern merupakan sebuah pertanda bahwa sebuah bangunan masjid dapat dibangun berdasarkan trend gaya arsitektur yang sedang berkembang. Kehadirannya dilatarbelakangi oleh munculnya kalangan masyarakat muslim modern. Mereka mempunyai pemikiran yang terbuka dan mau menerima adanya pembaharuan dalam hidup mereka. Selain faktor masyarakat, faktor lingkungan baik secara umum maupun khusus juga melatarbelakangi timbulnya masjid jenis ini.